Nyepi kali ini, terasa benar-benar sepi. Yah, nyepi kali ini tidak bersama dengan Ayahku. Ayahku sudah meninggal tahun lalu. Dan Nyepi kali ini aku lakukan di Denpasar, Nyepi sebelumnya aku berada di Kampungku di daerah Gianyar. Seperti biasanya, sebelum Nyepi pasti ada proses Pengerupukan dengan Ogoh-Ogoh Raksasa. Tetapi, aku mau share dulu pengetahuan tentang Nyepi. Apa yang dimaksud dengan Nyepi?
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan
Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) danBhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Untuk melakukan Hari Raya Nyepi, terdapat urutan pelaksanaan upacara-upacaranya, adalah sebagai berikut :
- Melasti. Melasti adalah Bahasa Kawi berasal dari kata “mala” = kotoran dan “asti” = abu/ lebur dengan demikian melasti artinya melebur kotoran. Kegiatan melasti juga disebut melelasti, melis, mesucian, mekiyis. Melasti bertujuan untuk melenyapkan kekotoran dunia dan melenyapkan penderitaan manusia yang menumpuk di tahun yang lalu (misalnya Isaka 1921), serta memohon tirta amerta kamandalu, yaitu air suci kehidupan untuk tahun yang akan datang (misalnya Isaka 1922). Pelaksanaannya dengan mengusung pretima-pretima (niyasa Ida Bethara) ke laut. Di tepi laut upacara dilaksanakan dengan menghaturkan banten suci ke hadapan Sanghyang Baruna, serta mohon tirta penglukatan/ pebersihan ke hadapan Gangga Dewi untuk pretima, prelingga, jempana, bangunan suci, alat-alat upacara, serta anggota masyarakat. Upacara melasti ini dilaksanakan dua hari sebelum Nyepi (Sipeng).
- Nyejer Di Pura. Sekembalinya dari melasti, pretima (niyasa Ida Bethara) di-stanakan di Pura. Di sini warga masyarakat mendapat kesempatan ngaturang ayaban serta mohon dianugerahi kesucian dan ketenteraman batin dalam menyambut Hari Raya Nyepi.
- Pecaruan Tawur Kesanga dan Pengerupukan. Tujuan pecaruan adalah untuk membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam (Trihitakarana = tiga sebab yang menjadi baik).
- Sipeng. Melaksanakan Catur Brata Penyepian: Amati Agni, Amati Karya, Amati Lalanguan, Amati Lelungaan.
- Ngembak Geni. Keesokan harinya sejak jam 06.00 melepaskan Brata Penyepian, dan melaksanakan Dharma Shanti.
- Bethara Turun Kabeh. Jatuh pada Purnama Kadasa, yaitu 14 hari setelah Sipeng. Pada hari ini Ida Sanghyang Widhi Wasa turun di Besakih diiringi oleh segenap manifestasi Beliau sebagai Dewa-Dewi. Ida Sanghyang Widhi Wasa turun ke Besakih karena Bhuana Agung dan Bhuana Alit sudah “bersih” lalu memberkati umat manusia untuk menikmati kehidupan yang lebih baik di tahun yang akan datang. Di saat ini warga Hindu berduyun-duyun datang ke Besakih menghaturkan sembah bakti serta mohon panugerahan.
Pada Proses Pecaruan Tawur Kesanga, caru yang digunakan adalah sebagai berikut :
- di tingkat Propinsi: Tawur Agung
- di tingkat Kabupaten: Panca Kelud
- di tingkat Kecamatan: Panca Sanak
- di tingkat Desa: Panca Sata
- di tingkat Banjar: Eka Sata
- di rumah masing-masing warga:
- di Pamerajan menghaturkan kepada Ida Bethara peras, ajuman, daksina, ketipat kelanan, canang lenga wangi, burat wangi, bija beras kuning
- di natar Pamerajan menghaturkan kepada Sang Bhuta Kala segehan nasi cacah 108 tanding, ulam jejeroan mentah, segehan agung, tetabuhan arak/ berem/ tuak/ toya anyar
- di pintu masuk halaman rumah nanceb sanggah cucuk dengan banten daksina, jauman, peras, dandanan tumpeng ketan, sesayut, panyeneng, janganan
- di bawah sanggah cucuk segehan agung, segehan manca warna 9 tanding, olahan ayam brunbun, tetabuhan arak/ berem/ tuak/ arak/ air.
- Setelah itu semua keluarga natab beakala, prayascita, sesayut lara melaradan, lalu melaksanakan pangerupukan. Acara terakhir adalah ngelinggihang pretima Ida Bethara kembali ke palinggih semula (nyineb).
Penjelasan dari Catur Brata Penyepian adalah sebagai berikut :
- Amati Agni, artinya tidak menyalakan api secara skala, dan api secara niskala, yaitu marah, nafsu sex dan pikiran kotor lainnya.
- Amati Karya, artinya tidak melaksanakan kerja fisik agar dapat melaksanakan tapa, berata, yoga, samadi.
- Amati Lalanguan (langu=indah, asyik, mempesona), artinya tidak menikmati keindahan atau sesuatu yang mengasyikkan seperti nonton TV, mendengar lagu-lagu, main judi, ceki, main catur, bergurau sambil tertawa, dll.
- Amati Lelungaan, artinya tidak bepergian keluar rumah karena melaksanakan tapa, berata, yoga, samadi.
Dari proses pengerupukan, aku sempat foto ogoh-ogoh yang ada di banjarku. Asli lho foto yang aku kasi lihat dibawah ini, aku mengambilnya dengan kamera kesayanganku Olympus Pen (dibeliin oleh Alm. Ayahku T.T) :
Sekian ya yang bisa aku tulis tentang Nyepi kali ini. Intinya, pada saat Hari Raya Nyepi, lebih baik kendalikan diri dan merenungkan apa saja yang telah terjadi dan dilakukan pada tahun lalu. Introspeksi diri dan pikirkan langkah selanjutnya agar lebih baik di Tahun Baru Caka ini.
Sekedar mengingatkan, setelah membaca artikel ini, minta tolong ya.. Di share ke FB atau twitter. Terus diisi ya voting yang ada di pojok kanan atas dari halaman ini. Diisi juga kolom reaksi setelah membaca artikel ini, apakah bagus, penting, bermanfaat, atau yang lainnya. Bagi yang mau copy kata-kataku, jangan sampai lupa menyertai link dari halaman ini. Makasi :)
Sumber :
- http://stitidharma.org/nyepi-urutan-upacara-dan-filosofinya/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Nyepi
0 comments:
Post a Comment